Minggu, 20 Juni 2010

Sandhy Sandoro Profile

Sandhy Sondoro, was born on the island of Java, Indonesia. Came from a musical family, where the house provide the likes of American pop, folk, Jazz and blues tunes coming from his Mother’s or father’s guitar everyday. Those were the joy that shaped his talents . It is not traditional Indonesian music that influenced him but rather soul and blues. Sandhy Sondoro is not only an excellent singer, song writer, and guitar player he also has many other talents like drawing and cooking.

In Indonesia Sandhy Sondoro started to play in a band at high school. They did mostly covers of Van Halen and Mr. Big or The Black Crows. At the age of 18 he went to visit his uncle in California and stayed there for a while. Over a year later he went to Germany to study architecture. He first had to improve his German proficiency to be admitted at the university. He graduated in interior design but his passion for singing and playing the guitar was stronger than the wish to work in an office.

His first experience as a street musician was gained in Biberach on the Riss in Baden Wurttemberg in 1996. The international flair of Berlin attracted him and inspired him. In 1998 he moved back to Berlin and started his career as Sondoro singing and playing the guitar in bars, clubs and in the metro. His famous song Down on the streets was inspired by the experience gained in Berlins metro. He performs also in famous theatres like the House of World Cultures in Berlin, plays at music festivals like at the Bode museum isle festival. He has fans in Hamburg, Cologne, Stuttgart and many other places in Germany.
Sandhy Sondoro’s music is influenced by American and British rock legends like the Beatles and Led Zeppelin. The power of his voice reminds us of Curtis Mayfield und Marvin Gaye. Sandhy sings ballads which express love and his longing for peace. When singing rock songs his voice can turn into a powerful volcano that sounds like Joe Cocker or Roger Chapman. Sandhys voice is so flexible that he is sometimes called the Ben Harper of Jakarta.

The Berlin-based artist Sandhy Sondoro was one of the participants in Stefan Raabs song contest SSDSDSSWEMUGABRTLAD and finally ranked 5th in December 2007. On April 25, 2008, he published his first CD Why Dont We. After this first TV success the number of visitors of his MYSPACE page www.myspace.com/sandhysondoro increased every day. Messages come from Japan, Italy, UK, USA and of course from Indonesia.

Translate :

Perawakannya yang mungil tak dikira mampu menyihir juri-juri New Wave 2009, sebuah ajang kompetisi bakat internasional di kawasan Eropa timur yang seketika meloloskannya ke babak final. Pagelaran musik yang setiap tahunnya di tonton oleh jutaan pemirsa di eropa dan dihadiri bintang tamu seperti Robin Gibb, Joe Cocker, Al Jarreau itu, siap dikejutkan oleh kualitas suara Sandhy Sondoro, pria kelahiran Jakarta yang sudah hampir dua puluh tahun hidup di kota Hi-Tec, Berlin - Jerman. Kerabat-kerabat musisi dari kalangan kulit hitam di kota multi-ras itu kerab menjulukinya Indo-nigger karena khas vocalnya yang begitu “hitam” dan jarang dimiliki oleh penyanyi-penyanyi dari benua asia.

Setelah mengeluarkan album bertitel “why don’t we” debut yang mengukuhkan keberadaan, dan kualitas dirinya sebagai pendatang luar di belantika musik di jerman yang juga diapresiasi oleh banyak kalangan di benua biru. Kini Single terbarunya “Shine” hasil kolaborasi dengan duo DJ Ibiza, Dublex Inc terus menapaki posisi atas airplay dan chart radio di kota-kota besar eropa Berlin, Austria, Madrid, dan Paris.

Sandhy yang mengidolai Almarhum Benyamin S. ini sudah lama memulai karir musik profesionalnya. Namun baru banyak dikenal publik Jerman setelah tampil di salah satu acara televisi nasional Jerman ProSieben yaitu TV Total pada 2007 lalu. Acara milik entertainer gaek jerman Stefan Raab, yang mencari bakat-bakat baru di dunia musik. Sandhy Sondoro secara mengesankan tampil di acara itu, meski pada akhirnya hanya bertengger di lima besar babak akhir.

Masyarakat luas mulai mengenalnya sebagai “one of a kind” dilihat dari perawakan asia-nya dengan karakter suaranya yang soulfull, meledak-ledak namun juga sangat fleksibel memberinya banyak julukan, salah satunya adalah Ben Harper of Jakarta. Undangan showcase di TV mulai banyak di hadirinya, tawaran manggung di seantero eropa-tengah yang dijalaninya pun menghimpun banyak fans yang membuatnya semakin yakin akan dunia yang dijalaninya. Karena sebelum itu semua, cerita panjang perjalanan karir music Sandhy Sondoro banyak diisi oleh hari-hari penuh perjuangan.

Datang ke Berlin dengan status college student yang membiayai hidupnya sendiri, memaksanya harus fokus terhadap kuliahnya di jurusan interior design.

Kecintaannya pada musik dan keharusan bertahan hidup sambil menyelesaikan kuliah dijalaninya sebagai musisi jalanan. Bernyanyi di trotoar hingga ke subway sekalipun adalah keseharian seorang Sandhy Sondoro, lagunya yang cukup terkenal “Down On The Street” merupakan detail soundtrack kehidupannya yang di asah lewat pengalamnnya berjam session dengan musisi-musisi lain di sebuah jazz bar di jantung kota berlin.

Kemampuannya menulis, mengaransemen, dan menyanyikan lagu cukup di segani oleh kalangan musisi papan atas jerman sebut saja Gregor Meyle, berbagai panggung prestis semacam House of World Cultures atau Museum Isle di berlin juga pernah di singgahinya

Menarik untuk menyimak perjalanan karir musik sandhy sondoro di negeri orang yang secara tidak sengaja menyeret nama Indonesia, negara asalnya yang kini diharumkannya lewat banyak prestasi. Untuk itu pula pada Agustus 2008 lalu KBRI Jerman menganugerahinya Satya Lencana Karya Satya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar